PENGUKURAN KERJA


PENGUKURAN KERJA
Makalah
Disusun Guna Memenuhi
Mata Kuliah : Manajemen Operasional
Dosen Pengampu : Tina Martini, SE., M. Si


Di Susun Oleh :
1.                         Windy Vinorika Yuli Astuti              (212418)
2.                         Dedi Arifudin                                               (212434)
3.                         Winda Septia Ayu Anggeliawati       (212442)
 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH/MBS
TAHUN 2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri dan perekonomian harus diimbangi oleh kinerja karyawan yang baik sehingga dapat tercipta dan tercapainya tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya manusia (pegawai) dalam organisasi adalah mengukur kinerja pegawai. Pengukuran kinerja dikatakan penting mengingat melalui pengukuran kinerja dapat diketahui seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu, hasil pengukuran kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses pengembangan pegawai.
Oleh karena itu, kunci kesuksesan dari setiap organisasi adalah kemampuan untuk mengukur kinerja. Tanpa mengukur kinerja dengan tepat, manajer tidak akan mampu untuk menentukan bagaimana organisasi akan melakukan sesuatu dengan baik, atau bagaimana mereka membandingkan kinerja dari pesaingnya. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengukuran kerja.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian pengukuran kerja?
2.      Bagaimanakah standarisasi pengukuran kerja?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pengukuran kerja.
2.      Untuk memahami bagaimana standarisasi pengukuran kerja.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengukuran Kerja ( Work Measurement )
Pengukuran kerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuain atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.
Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam perusahaan dapat efisien atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu yang harus digunakan untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal disebut standar pekerja (labor standards).[1]
B.     Standarisasi Pengukuran Kerja
Dalam pengukuran kerja harus ada standar tenaga kerja yang bisa ditetapkan dengan empat metode yaitu :
1.        Pengalaman Masa Lalu ( historical experience)
Standar pekerja dapat diperkirakan berdasarkan pengalaman masa lalu yaitu berapa jam pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Standar masa lalu mempunyai kelebihan, karena secara relative mudah dan murah didapatkan. Standar masa lalu biasanya didapatkan dari kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Walaupun demikian, standar masa lalu tidak objektif dan kita tidak mengetahui keakuratannya, yaitu apakah mereka mencerminkan kecepatan kerja yang layak atau yang buruk.[2]

2.             Studi Waktu ( time studies )
Studi waktu merupakan pencatatan waktu sebuah sampel kinerja pekerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk mendapatkan waktu standar. Seorang pekerja yang terlatih dan berpengalaman dapat menerapkan standar dengan delapan langkah sebagaoi berikut:
a)      Mendefinisikan pekerjaan yang akan diamati (setelah analisis metode dilakukan).
b)      Membagi pekerjaan menjadi elemen yang tepat (bagian dari pekerjaan yang sering membutuhkan tidak lebih dari beberapa detik).
c)      Menentukan berapa kali akan dilakukan pengamatan ( jumlah siklus atau sampel yang dibutuhkan ).
d)     Menghitung waktu dan mencatat waktu elemen serta tingkat kinerja.
e)      Menghitung waktu siklus rata-rata.  Waktu siklus pengamatan rata-rata merupakan rata-rata aritmetika dari waktu setiap elemen yang diukur, yang disesuaikan dari pengaruh yang tidak biasa untuk setiap elemen.

Waktu siklus pengamatan rata-rata
f)       Menentukan tingkat kinerja dan kemudian menghitung waktu normal untuk setiap elemen.
Waktu normal = ( waktu siklus pengamatan rata-rata) x (faktor peningkat)
g)      Menambah waktu normal untuk setiap elemen untuk mendapatkan waktu normal total untuk pekerjaan tersebut.
h)      Menghitung waktu standar. Penyesuaian ke waktu normal total memberikan kelonggaran setiap kebutuhan pribadi, keterlambatan yang tidak dapat dihindarkan dan kelelahan.[3]
Waktu Standar =
Contoh Studi Kasus:
Studi waktu dari sebuah operasi pekerjaan menghasilkan waklu siklus pengamatan rata-rata sebesar 4 menit. Analis memberikan peringkat pekerja yang diamati sebesar 85%. Hal ini berarti bahwa pekerja mempunyai kinerja 85% dari kinerja normal di saat penelitian dibuat. Perusahaan menggunakan factor kelonggaran sebesar 13%. Hitunglah waktu  standar.
Jawaban:
Waktu pengamatan rata-rata = 4,0 menit
Waktu normal = (waktu siklus pengamatan rata-rata) x ( factor peringkat)
=  (4,0) x (0,85)
= 3,4 menit
Waktu standar    = ( waktu normal)/ (1- factor kelonggaran)
= (3,4)/ (1- 0,13)
= (3,4)/ (0,87)
= 3,9 menit
3.      Standar Waktu yang telah ditentukan (predetermined time standars)
Sebagai tambahan bagi pengalaman masa lalu dan studi waktu, standar produksi dapat ditetapkan dengan menggunakan standar waktu yang telah ditentukan. Standar waktu yang telah ditentukan membagi pekerjaan manual menjadi elemen dasar yang kecil yang telah memiliki waktu tertentu (berdasarkan sampel pekerja yang sangat besar).
Standar waktu yang telah ditentukan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan studi waktu.
a)      Standar waktu ini dapat dibuat di laboratorium, prosedur ini tidak akan mengganggu aktifitas produksi yang sesungguhnya (yang biasanya disebabkan oleh penelitian studi waktu).
b)      Standar ini dapat ditentukan sebelum sebuah pekerjaan benar-benar dilakukan, standar ini dapat digunakan untuk membuat rencana.
c)      Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan.
d)     Serikat pekerja cencerung menerima metode ini sebagai cara yang wajar untuk menetapkan standar.
e)      Standar waktu yang ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama.
Sehingga untuk lebih mengakuratkan standar pekerja, beberapa perusahaan menggunakan kedua metode baik studi waktu maupun standar waktu yang telah ditentukan.[4]
4.      Pengambilan Sampel Kerja ( work sampling )
Pengambilan sampel kerja yaitu memperkirakan presentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada beragam pekerjaannya. Pengambilan sampel kerja membutuhkan pengamatan secara acak untuk mencatat aktifitas yang dilakukan pekerja. Hasilnya terutama digunakan untuk menentukan bagaimana karyawan mengalokasikan waktu mereka diantara beragam aktifitas. Pengetahuan akan pengalokasian ini dapat mendorong adanya perubahan katryawan, penugasan ulang, perkiraan biaya aktifitas, dan penetapan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja. Jika pengambilan sampel kerja ini dilakukan untuk menetapkan kelonggaran keterlambatan, metode ini sering disebut sebagai penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study).
Prosedur pengambilan sampel kerja dapat diringkas menjadi lima langkah yaitu:
a)      Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai parameter (seperti presentase waktu sibuk seorang pekerja).
b)      Menghitung ukuran sampel yang dibutuhkan.
c)      Membuat jadwal untuk mengamati pekerja pada waktu yang layak.
d)     Melakukan pengamatan dan mencatat aktifitas pekerja.
e)      Menentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka (biasanya dalam presentase)
Untuk menentukan jumlah pengamatan yang dibutuhkan, pihak manajemen harus memutuskan tingkat keyakinan dan ketepatan. Walaupun demikian, pertama kali seorang analis harus memilih nilai awal bagi parameter yang diamati (langkah pertama diatas). Pilihan ini biasanya diambil berdasarkan sampel yang berukuran kecil yang mungkin berjumlah 50 pengamatan. Formula berikut memberikan ukuran sampel untuk tingkat keyakinan danketepatan yang diinginkan :
n =
                        keterangan:     
n = ukuran sampel yang dibutuhkan
z  = deviasi normal standar untuk tingkat kepercayaan yang diinginkan
( z = 1 untuk tingkat kepercayaan 68%, z = 2 untuk tingkat kepercayaan 95, 45 %, z = 3 untuk tingkat kepercayaan 99,73%)
p = nilai perkiraan proporsi sampel ( waktu kerja operator yang diamati apakah sedang sibuk ataukah sedang mengannggur)
h = tingkat kesalahan yang dapat diterima, dalam presentase.[5]
Contoh Studi Kasus:
Manajer kantor kesejahteraan Wilson County,  Madeline Thimmes, memperkirakan karyawannya menganggur sepanjang 25% dari waktu yang tersedia. Ia ingin melakukan pengambilan sampel kerja yang akurat pada rentang 3% dan ingin mendapatkan tingkat keyakinan 95,45%.

Jawaban:
Untuk menentukan berapa banyak pengamatan yang harus diambil, Madeline menerapkan persamaan berikut:
n =
dengan
n = ukuran sampel yang dibutuhkan
z = 2 untuk tingkat kepercayaan 95,45%
p = nilai perkiraan proporsi menganggur = 25% = 0,25
h = tingkat kesalahan yang dapat diterima 3% = 0,03
Madeline mendapati bahwa pengamatan 
n =
n =
 = 833 pengamatan
Jadi, harus dilakukan pengamatan sebanyak 833 kali. Jika presentase waktu menganggur yang diamati tidak mendekati 25% seperti hasil penelitian, maka jumlah pengamatan dapat dihitung ulang dan ditingkatkan atau dikurangi sesuai dengan hasil penelitian.



BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.      Pengertian Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuain atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.
2.      Standarisasi Pengukuran Kerja
Dalam pengukuran kerja harus ada standar tenaga kerja yang bisa ditetapkan dengan empat metode yaitu :
a)      Pengalaman masa lalu
Standar pekerja dapat diperkirakan berdasarkan pengalaman masa lalu yaitu berapa jam pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
b)      Studi Waktu
Studi waktu merupakan pencatatan waktu sebuah sampel kinerja pekerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk mendapatkan waktu standar.
c)    Standar Waktu yang telah ditentukan
Sebagai tambahan bagi pengalaman masa lalu dan studi waktu, standar produksi dapat ditetapkan dengan menggunakan standar waktu yang telah ditentukan. Standar waktu yang telah ditentukan membagi pekerjaan manual menjadi elemen dasar yang kecil yang telah memiliki waktu tertentu (berdasarkan sampel pekerja yang sangat besar).
d)   Pengambilan Sampel Kerja
Pengambilan sampel kerja yaitu memperkirakan presentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada beragam pekerjaannya.

           

DAFTAR PUSTAKA


Jay Heizer , Barry Render, Operational Management, Jakarta, Salemba Empat, 2005


[2] Jay Heizer , Barry Render, Operational Management, Jakarta, Salemba Empat, 2005, hlm., 535.
[3] Ibid., hlm., 536.
[4] Ibid., hlm., 542-544.
[5] Ibid., hlm. 544-546.

Comments

Popular posts from this blog

ANALISIS MANAJEMEN STRATEGI PADA PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk. (ULTJ)

ANALISIS MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI BISNIS SYARIAH PADA PERUSAHAAN “COKELAT MONGGO” YOGYAKARTA