KORESPONDENSI DAN PRESENTASI BISNIS SERTA PENANGANAN KELUHAN PELANGGAN
KORESPONDENSI DAN PRESENTASI BISNIS SERTA PENANGANAN KELUHAN
PELANGGAN
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Komunikasi
Bisnis
Dosen Pengampu: Supriyono, S.
Pdi, MM
![]() |
Disusun Oleh :
Windy
Vinorika Yuli A. 212418

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM/MBS
TAHUN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Beielakang Masalah
Korespondensi
berasal dari kata Correspondene (Inggris) atau Correspondentie
(Belanda) yang berarti hubungan yang terjadi antara pihak-pihak yang terkait.
Hubungan pihak-pihak yang terkait dalam bisnis biasanya bersifat resmi dan
dilakukan dengan surat menyurat. Surat merupakan salah satu media pada saluran
komunikasi tertulis yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pihak
lain. Informasi yang disampaikan melalui surat bisa berupa pemberitahuan,
keterangan, pernyataan, perintah, permintaan, atau laporan. Informasi bisa
ditulis atau diketik dalam secarik kertas (konvensional) atau dapat pula berupa surat elektronik (e-mail). Sedangkan
presentasi bisnis merupakan bentuk komunikasi yang berorientasi pada
penyampaian pesan ataupun laporan bisnis yang disajikan dalam suatu lingkungan
bisnis. Presentasi ini berfungsi untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi
pengambilan keputusan. Kemudian mengenai penanganan keluhan pelanggan yaitu cara menangani komplain dari pelanggan.
Proses penanganan keluhan pelanggan yang baik, tentunya akan memengaruhi
reputasi perusahaan yang bersangkutan.
Untuk
memberikan gambaran yang lebih lengkap , maka makalah ini akan membahas tentang
“Korespondensi dan Presentasi Bisnis serta Penanganan Keluhan Pelanggan”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah Korespondensi Bisnis?
2.
Bagaimanakah
Presentasi Bisnis ?
3.
Bagaimanakah
Penanganan Keluhan Pelanggan?
C.
Tujuan
1.
Untuk
memahami korespondensi bisnis.
2.
Untuk
memahami presentasi bisnis
3.
Untuk
mengetahui bagaimana penanganan keluhan pelanggan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Korespondensi Bisnis
Korespondensi
merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal-tertulis, yang digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan bisnis maupun non-bisnis kepada pihak lain. Pada
umumnya, kegiatan korespondensi berkaitan dengan suatu proses penyampaian
pesan-pesan bisnis maupun non-bisnis dalam bentuk surat menyurat. Oleh karena
itu, korespondensi bisnis merupakan bentuk korespondensi yang dilakukan oleh
suatu lembaga/organisasi bisnis dengan harapan untuk menacapai tujuan bisnis
yaitu memperoleh keuntungan (profit).[1]
Korespondensi dalam bisnis memiliki peranan sebagai berikut:
1.
Menciptakan
surat yang baik, jelas dan tepat.
Dalam kehidupan sehari-hari, kesalahan dalam penulisan berbagai
surat masih banyak terjadi. Surat yang semrawut bisa menimbulkan kesalahpahaman
atau kekacauan yang justru akan menghalangi arus informasi. Kegiatan korespondensi
secara tidak langsung merupakan proses pembelajaran dalam menciptakan surat
yang baik, jelas dan tepat.
2.
Menciptakan
kerja sama yang baik.
Perusahaan tidak dapat mencapai tujuan tanpa bekerja sama dengan
pihak lain. Agar bisa bekerja sama dengan pihak lain, perusahan perlu menjaga
komunikasi dengan baik. Pihak lain akan mendukung terciptanya kerja sama yang
baik.
3.
Menyebarkan
kegiatan
Tidak
semua orang dalam perusahaan secara otomatis mengetahui kegiatan yang terjadi
di dalam perusahaan atau kegiatan yang terjadi antara perusahaan dengan pihak
luar. Korespondensi memegang peranan penting dalam menyebarkan kegiatan
perusahaan, baik kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan.[2]
Pihak-pihak yang terlibat dalam korespondensi adalah:
a)
Koresponden
b)
Redaktur
c)
Sekretaris
d)
Juru
ketik
e)
Register
f)
Kurir[3]
Fungsi Surat Bisnis yaitu :
a.
Sebagai
wakil atau duta bagi pengirim surat.
Dalam kaitannya dengan dunia bisnis, surat bisnis berfungsi sebagai
pembawa pesan-pesan bisnis dari pengirim pesan kepada pihak lain. Oleh karena
surat bisnis dapat berfungsi sebagai wakil dari pengirim surat, maka pengirim
surat perlu memperhatikan berbagai kaidah penting dalam penulisan surat,
seperti; objektivitas, sistematika, kesederhanaan, dan kemudahan dipahami.
b.
Alat
untuk menyampaikan pemberitahuan, permintaan atau permohonan, buah pikiran atau
gagasan yang berkaitan dengan masalah-masalah bisnis, misalnya; surat
permintaan informasi produk baru, surat penagihan, surat penawaran produk baru,
surat pemesanan produk dan lain sebagainya.
c.
Alat
bukti tertulis ( dokumen tertulis). Melalui surat-surat bisnis yang dapat
dipakai alat bukti historis, seseorang dapat melakukan pengecekan berbagai
kegiatan bisnis yang telah dilakukan pada masa yang lalu, sehingga dapat
dipakai sebagai bahan untuk memprediksi kegiatan bisnis ke depan.
d.
Alat
untuk mengingat, misalnya surat-surat bisnis yang diarsipkan. Pada saat
dibutuhkan, surat-surat tersebut dapat dilihat atau dicek kembali untuk
mengingat berbagai kegiatan yang telah dilakukan masa lalu atau sebelumnya.
e.
Bukti
sejarah (historis), misalnya surat-surat
izin pendirian usaha. Surat bisnis tersebut menjadi catatan yang sangat
berharga sebagai bukti historis dalam dunia bisnis.
f.
Pedoman
kerja, misalnya surat keputusan dan surat perintah (intruksi kerja). surat
bisnis tersebut berfungsi sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan suatu
kegiatan bisnis.
g.
Media
promosi bagi pengirim surat. Dalam perkembangannya, surat bisnis dapat
digunakan oleh si pengirim surat untuk mempromosikan perusahaan termasuk
produk-produk yang dihasilkan (termasuk jasa) kepada pihak lain baik
perseorangan maupun lembaga/organisasi. Sebagai contoh: surat perkenalan
perusahaan dan surat penawaran produk.[4]
Pengelompokan Surat:
1.
Menurut
wujudnya; surat tertutup (bersampul), kartu pos, warkat pos, memorandum dan
nota, telegram, teleks, dan surat tanda bukti.
2.
Menurut
pemakaiannya; surat pribadi (personal), surat dinas, surat bisnis (niaga), dan
surat sosial.
3.
Menurut banyaknya sasaran yang dituju; surat
biasa, surat edaran, dan surat pengumuman.
4.
Menurut
sifatnya; surat biasa, surat konfidensial, dan surat rahasia.
5.
Menurut
urgensi penyelesaiannya; surat biasa, surat segera, dan surat kilat.
6.
Menurut
isi dan maksudnya; jenisnya sangat bervariasi sesuai dengan maksud dan tujuan
penulisan surat tersebut.[5]
Bagian-bagian Surat:
a.
kepala
surat (kop surat)
b.
tanggal
surat
c.
nomor,
lampiran, dan hal/perihal
d.
alamat
tujuan
e.
salam
pembuka
f.
paragraf
pembuka
g.
paragraf
isi
h.
paragraf
penutup
i.
salam
penutup
j.
tanda
tangan
k.
nama
jelas penanda tangan
l.
tembusan
m.
inisial[6]
B.
Presentasi Bisnis
Dalam dunia
bisnis, kegiatan presentasi atas berbagai peristiwa penting seperti pengajuan
usulan proyek-proyek baru, pengembangan produk baru, perluasan pasar, dan
sebagainya, bukanlah hal baru. Presentasi bisnis yang baik akan memberikan
dampak yang baik pula bagi lembaga atau institusi yang melakukan presentasi.
Oleh karena itu, dalam melakukan presentasi bisnis harus dilakukan persiapan
secara matang sehingga tujuan presentasi bisnis yang efektif dan efisien dapat
tercapai.
Persiapan Dasar
dalam Presentasi Bisnis:
a)
Penguasaan
terhadap topik atau materi yang akan dipresentasikan.
Penguasaan terhadap materi yang akan dipresentasikan merupakan
salah satu syarat penting agar apa yang ingin disampaikan kepada audiens dapat
mencapai sasaran.
b)
Penguasaan
berbagai alat bantu presentasi dengan baik.
Disamping
penguasaan materi yang baik, yang juga penting adalah bagaimana seorang
pembicara mampu memanfaatkan berbagai alat bantu presentasi bisnis demi
pencapaian tujuan yang dikehendaki.[7]
c)
Menganalisis
Audiens
Secara umum,
analisis audiens yang pertama kali dilakukan akan menyangkut latar belakang
seperti pendidikan, usia, pekerjaan, pengalaman, hobi, dan lain-lain. Dari
latar belakang tersebut dapat diketahui kebutuhan dan keinginan audiens.
Pemahaman kebutuhan dan keinginan audiens selanjutnya akan digunakan untuk
menentukan gaya/pendekatan dan isi presentasi yang tepat. Setelah ditentukan
latar belakangnya, kemudian dianalisis ukuran/jumlah (size), komposisi,
dan reaksi.[8]
d)
Analisis
Bahasa Tubuh
Dalam melakukan
presentasi bisnis, sebenarnya bukan saja ucapan pembicara yang menjadi
perhatian, tetapi juga munculnya gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan oleh
pembicara. Gerakan-gerakan tubuh (bahasa tubuh/body language) yang
dilakukan oleh si pembicara pada saat melakukan presentasi bisnis termasuk
salah satu bentuk komunikasi non-verbal. Gerakan-gerakan yang sering dilakukan
pembicara dalam melakukan presentasi bisnis antara lain meliputi ekspresi
wajah, senyuman, kontak mata, gerakan tangan, gerakan bahu, gerakan kepala dan
cara berdiri.
e)
Percaya
diri.
Salah
satu factor yang menyebabkan keberhasilan presentasi bisnis adalah adanya
faktor percaya diri yang kuat dari pembicara. Pembicara yang tidak memiliki
rasa percaya diri yang kuat akan berdampak pada penyampaian presentasi bisnis
yang asal-asalan, sehingga tidak mencapai sasaran yang diinginkan.[9]
Tujuan
Presentasi Bisnis:
Secara umum, presentasi bisnis memiliki empat tujuan pokok, yaitu:
a.
Menginformasikan
(inform) pesan-pesan bisnis kepada audiens.
b.
Menghibur
(entertain) audiens.
c.
Menyentuh
emosi (emotion) audiens.
d.
Memotivasi
(motivation) audiens untuk bertindak sesuatu.[10]
C.
Penanganan Keluhan Pelanggan
Menangani
keluhan pelanggan itu penting, karena proses penanganan yang baik akan
memengaruhi reputasi perusahaan yang bersangkutan. Menangani keluhan pelanggan
merupakan langkah wajib sebagai bagian tak terpisahkan dari customer
service. Menangani keluhan pelanggan bukanlah perkara gampang. Perlu
teknik tersendiri dan juga tahapannya sampai mengambil tindakan yang tepat dan
benar. Proses ini harus cepat meski tidak diartikan sebagai terburu-buru. Bila
penanganan tidak tepat dan benar, permasalahan bisa menjadi rumit.
Berikut adalah tahapan ideal dalam menangani
keluhan pelanggan:

1.
Listen (mendengarkan). Kunci utama dalam menangani keluhan
pelanggan adalah mendengarkan. Mendengarkan menjadi sikap dasar untuk menangkap
apa yang menjadi kegelisahan dan kebutuhan pelanggan. Jangan sekali-kali
memotong pembicaraan pelanggan dan menjawabnya dengan aneka pembelaan.
Prinsipnya dalam mendengarkan adalah bersikap tenang dan simpatik. Termasuk
ketika pelanggan menyampaikan uneg-unegnya dengan nada dan sikap emosi.
Dengan mendengarkan, kita bisa menangkap, menganalisis, dan mengklarifikasi apa
yang menjadi akar permasalahan pelanggan. Tahap mendengarkan menjadi tahap untuk finding the fact (menemukan akar
permasalahan).
2.
Clarify (mengklarifikasi). Setelah mendengarkan apa yang
disampaikan pelanggan, saatnya untuk mengklarifikasi permasalahan yang ada.
Proses klarifikasi ini bisa dilakukan dengan melontarkan pertanyaan pendalaman
kepada pelanggan tersebut. Tentunya, dengan cara simpatik dan penuh respek.
Dalam proses ini, jangan terbawa emosi yang dibawa oleh pelanggan. Perlu sikap
tenang. Proses klarifikasi ini penting untuk menjamin bahwa pelanggan tahu
bahwa kita memahami persoalan yang sedang dihadapinya. Ketidaktepatan dalam
memahami akar masalah bisa berakibat lebih fatal alias masalah bisa makin rumit
dan berpotensi tak terselesaikan.
3.
Explain (menjelaskan). Setelah mendengarkan dan
mengklarifikasi pokok permasalahan yang dihadapi pelanggan, kita mulai
menjelaskan persoalan yang sebenarnya dan akar penyebab persoalan itu terjadi.
Dalam proses ini, jangan pernah menunjukkan sikap membela diri, menyalahkan
maupun melontarkan perkataan yang menyudutkan pelanggan. Ciptakan suasana dan
kondisi dialogis di mana kita dan pelanggan sejajar sebagai sahabat yang
perhatian dan ingin membantu memecahkan masalah secara win-win
solution.
4.
Apologize (meminta maaf). Meminta maaf adalah mutlak bila
memang kita melakukan kesalahan. Bahkan, ketika pelanggan mengajukan komplain,
usahakanlah untuk lebih dahulu meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami
oleh pelanggan. Meminta maaf menjadi wajib bila hal ini dilakukan oleh pihak
internal perusahaan. Perlu dipahami bahwa meminta maaf bukan berarti pecundang.
Permintaan maaf yang tulus justru akan menambah nilai respek pelanggan pada
perusahaan. Permintaan maaf menjadi bagian dari nilai perusahaan yang
berakarakter. Di mata pelanggan, perusahaan telah bersikap manusiawi saat
mengakui kesalahannya. Hal ini justru bisa meningkatkan kepercayaan pelanggan
pada perusahaan karena minta maaf dianggap sebagai bagian dari respek dan sikap
peduli perusahaan pada pelanggan. Tentunya hal ini disertai dengan komitmen
untuk tidak mengulanginya lagi alias bukan kepura-puraan.
5.
Agree (persetujuan).Pada proses ini, kita bisa meminta
persetujuan kepada pelanggan terkait pemberian solusi. Langkah ini perlu
dilakukan karena solusi biasanya tidak lepas dari kebijakan perusahaan yang
berlaku. Perlu juga menyertakan alternatif solusi dengan segala argumentasi di
baliknya. Tujuannya, solusi yang diberikan kepada pelanggan benar-benar win-win
solustion. Pada tahap tersebut,
pelanggan bisa dimintai persetujuan terhadap alternatif solusi yang tersedia. Secara
teknis, bila dibutuhkan, proses persetujuan ini bisa melibatkan atasan sebagai
perwakilan dari perusahaan-khususnya bila memang permasalahan begitu rumit. Ini
dilakukan agar pelanggan mengerti apa yang sedang dilakukan dan mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan.
6.
Take Action. Tahap ini merupakan tahap eksekusi dari hasil persetujuan
antara pelanggan dan perusahaan. Semakin cepat ini dilakukan akan semakin baik
agar pelanggan percaya bahwa perusahaan berkomitmen dalam melayani pelanggan
sebaik mungkin dan tidak mengingkari komitmen bersama.[11]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1.
Korespondensi
bisnis merupakan bentuk surat menyurat yang dilakukan oleh suatu
lembaga/organisasi bisnis dengan harapan untuk menacapai tujuan bisnis yaitu
memperoleh keuntungan (profit).
2.
Presentasi
bisnis yang baik akan memberikan dampak yang baik pula bagi lembaga atau
institusi yang melakukan presentasi. Oleh karena itu, dalam melakukan
presentasi bisnis harus dilakukan persiapan secara matang sehingga tujuan
presentasi bisnis yang efektif dan efisien dapat tercapai.
Secara umum, presentasi bisnis memiliki empat tujuan pokok, yaitu:
a.
Menginformasikan
(inform) pesan-pesan bisnis kepada audiens.
b.
Menghibur
(entertain) audiens.
c.
Menyentuh
emosi (emotion) audiens.
d.
Memotivasi
(motivation) audiens untuk bertindak sesuatu
3.
Tahapan
ideal dalam menangani keluhan pelanggan yaitu:
a.
Listen (mendengarkan)
b.
Clarify (mengklarifikasi)
c.
Explain (menjelaskan)
d.
Apologize (meminta maaf).
e.
Agree (persetujuan).
f.
Take Action.
DAFTAR PUSTAKA
Bovee, L.
Courtland dan John V. Thill, Business Communication Today, Fourth
Edition, New York, McGraw-Hill, Inc, 1995.
Djoko Purwanto,
Komunikasi Bisnis, edisi empat, Jakarta, Erlangga, 2011.
Sigit
Kurniawan. (2013). Enam Tahap Menangani Komplain Pelanggan. (online). Tersedia:
http://www.the-marketeers.com/archives/enam-tahapan-menangani-komplain-pelanggan-.html
Sutrisna Dewi, Komunikasi
Bisnis, Andi Offset, Yogyakarta,
2007.
[1] Djoko Purwanto,
Komunikasi Bisnis, Jakarta, Erlangga, 2011, hlm. 177.
[2] Sutrisna Dewi, Komunikasi
Bisnis, Andi Offset, Yogyakarta,
2007, hlm. 82.
[4] Djoko Purwanto,
Op. cit., hlm. 180-181.
[8] Bovee, L.
Courtland dan John V. Thill, Business Communication Today, Fourth
Edition, New York : McGraw-Hill, Inc, 1995, hlm. 593.
[9] Djoko Purwanto,
Op. cit., hlm. 291-293.
[11] Sigit
Kurniawan. (2013). Enam Tahap Menangani Komplain Pelanggan. (online). Tersedia:
http://www.the-marketeers.com/archives/enam-tahapan-menangani-komplain-pelanggan-.html ( 4 November 2014)
Comments
Post a Comment